Rashōmon
May 17, 2020
Genin tak punya waktu untuk memilih
cara menyelesaikan satu masalah yang tak mungkin dipecahkan. Kalaupun bisa
memilih, yang ada hanyalah mati kelaparan di emperan atau di tanah pinggiran
jalan. Kemudian mayatnya dibawa ke atas gerbang ini dan dicampakkan seperti
seekor anjing. Seandainya tidak memilih… setelah pikirannya berputar-putar
akhirnya ia sampai pada satu kesimpulan untuk menjadi pencuri. Tapi,
“seandainya” ini sampai kapanpun tetap saja “seandainya”. Meskipun yakin
dirinya tidak punya pilihan, untuk memecahkan masalah “seandainya” tadi, tidak
muncul keberanian dalam dirinya untuk dengan tegas membenarkan pikiran yang
muncul belakangan bahwa “tidak ada yang bisa dilakukannya selain menjadi
pencuri”.
Entah
kebetulan atau bukan, sesuatu mengantarkan saya pada penggalan salah satu karya
milik Akutagawa Ryunosuke saat sedang dihadapkan pada situasi yang di luar
kendali saya. Berusaha menjernihkan kepala karena yang dapat saya rasakan
hanyalah penyesalan telah berbuat demikian dan kecemasan terhadap respon balik
yang akan saya terima nantinya. Penggalan tersebut telah membuka ruang
pemikiran lain, apabila pilihan yang saya hindari justru merupakan satu-satunya
jalan yang diberikan kepada saya. “Seandainya” yang harus diterima oleh telinga
saya dapat membenarkan pilihan yang saya hindari. “Seandainya” memang betul
adanya bahwa aduan saya hanya sekedar pembenaran diri. Sejauh yang dapat saya
simpulkan hingga saat ini, “seandainya” belum ada yang betul-betul terjadi.
Bukan
tidak mungkin untuk memilih kembali jalan yang menyesatkan demi mencapai satu
tujuan. Situasi membuat saya tak henti mengandaikannya. Yang membuat saya
begitu frustasi ialah kembali berurusan dengan pribadi yang sama. Belum sempat
mempertanggung jawabkan apa yang saya janjikan, situasi kembali menjerumuskan
saya ke hal-hal yang begitu jahat. Bukannya tidak mampu mengotori tangan, hanya
saja saya tidak mau. Tapi, jika tidak mengotorinya saya tidak akan bertahan.
Tangan yang bersih, tak menjamin keselamatan saya pula. Atau secara tidak
sadar, saya menutup mata untuk tetap berada pada zona aman?
Ah,
tidak benar. Dewi Fortuna begitu membenci saya hingga dari semua orang, hanya
saya yang berada pada lingkaran setan ini. Jahat!
Pada
akhirnya saya hanya bisa berandai akan kenikmatan yang akan diterima, jika
nekat saya menjerumuskan diri. Satu-satunya pilihan bagi saya ialah berserah
pada pilihan terbaik yang akan diberikannya sebagai suatu hukuman karena zona
aman saya akan direnggut darinya.
0 sentilan