­

Rashōmon

Genin tak punya waktu untuk memilih cara menyelesaikan satu masalah yang tak mungkin dipecahkan. Kalaupun bisa memilih, yang ada hanyala...


Genin tak punya waktu untuk memilih cara menyelesaikan satu masalah yang tak mungkin dipecahkan. Kalaupun bisa memilih, yang ada hanyalah mati kelaparan di emperan atau di tanah pinggiran jalan. Kemudian mayatnya dibawa ke atas gerbang ini dan dicampakkan seperti seekor anjing. Seandainya tidak memilih… setelah pikirannya berputar-putar akhirnya ia sampai pada satu kesimpulan untuk menjadi pencuri. Tapi, “seandainya” ini sampai kapanpun tetap saja “seandainya”. Meskipun yakin dirinya tidak punya pilihan, untuk memecahkan masalah “seandainya” tadi, tidak muncul keberanian dalam dirinya untuk dengan tegas membenarkan pikiran yang muncul belakangan bahwa “tidak ada yang bisa dilakukannya selain menjadi pencuri”.

Entah kebetulan atau bukan, sesuatu mengantarkan saya pada penggalan salah satu karya milik Akutagawa Ryunosuke saat sedang dihadapkan pada situasi yang di luar kendali saya. Berusaha menjernihkan kepala karena yang dapat saya rasakan hanyalah penyesalan telah berbuat demikian dan kecemasan terhadap respon balik yang akan saya terima nantinya. Penggalan tersebut telah membuka ruang pemikiran lain, apabila pilihan yang saya hindari justru merupakan satu-satunya jalan yang diberikan kepada saya. “Seandainya” yang harus diterima oleh telinga saya dapat membenarkan pilihan yang saya hindari. “Seandainya” memang betul adanya bahwa aduan saya hanya sekedar pembenaran diri. Sejauh yang dapat saya simpulkan hingga saat ini, “seandainya” belum ada yang betul-betul terjadi.

Bukan tidak mungkin untuk memilih kembali jalan yang menyesatkan demi mencapai satu tujuan. Situasi membuat saya tak henti mengandaikannya. Yang membuat saya begitu frustasi ialah kembali berurusan dengan pribadi yang sama. Belum sempat mempertanggung jawabkan apa yang saya janjikan, situasi kembali menjerumuskan saya ke hal-hal yang begitu jahat. Bukannya tidak mampu mengotori tangan, hanya saja saya tidak mau. Tapi, jika tidak mengotorinya saya tidak akan bertahan. Tangan yang bersih, tak menjamin keselamatan saya pula. Atau secara tidak sadar, saya menutup mata untuk tetap berada pada zona aman?

Ah, tidak benar. Dewi Fortuna begitu membenci saya hingga dari semua orang, hanya saya yang berada pada lingkaran setan ini. Jahat!

Pada akhirnya saya hanya bisa berandai akan kenikmatan yang akan diterima, jika nekat saya menjerumuskan diri. Satu-satunya pilihan bagi saya ialah berserah pada pilihan terbaik yang akan diberikannya sebagai suatu hukuman karena zona aman saya akan direnggut darinya.

You Might Also Like

0 sentilan

Featured Post

Rashōmon